“ VALUASI EKONOMI EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA LATERI “
TUGAS
VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA PERIKANAN & LINGKUNGAN
OLEH:
IRAMAYA S. LEWENUSSA
NIM: 2008-68-021
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mata Kuliah Valuasi ekonomi Sumberdaya Perikanan dan Lingkungan dengan judul “Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove di Desa Lateri“, dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan penuh kerendahan hati yang tulus, perkenankanlah penulis sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan laporan praktikum ini. Demikian juga ucapan yang sama penulis tujukan kepada semua informasi/ responden yang telah memberikan bantuan sehingga memungkinkan terwujudnya pembuatan laporan praktikum ini.
Praktek ini dilakukan pada bulan November 2011, bertujuan untuk “ Mengidentifikasi pola pemanfaatan ekosistem hutan mangrove “ oleh masyarakat disekitar ekosistem mangrove tersebut.
Penulis sadar bahwa dalam penyelesaian laporan praktikum ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki dan melengkapi laporan ini ke depan .
Akhir kata semoga Laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Ambon, Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBARAN JUDUL ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………...
1.2 Rumusan masalah …………………………………..
1.3 Tujuan Praktikum ……………………………..........
1.4 Manfaat Praktikum .........……………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem mangrove ……………………………..
2.2 Fungsi ekologi dan ekonomi ekosistem mangrove..
2.3 Valuasi ekonomi ekosistem mangrove ……………
BAB III METODOLOGI PRAKTEK
3.1 Metode Penelitian .....................................................
3.2 Metode Pengumpulan Data ......................................
3.3 Metode Pengambilan Sampel ...................................
3.4 Metode Analisis Data ...............................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden ………………………….
4.2 Identifikasi Pemanfaatan Hutan Mangrove ……….
4.3 Pendugaan Nilai Ekonomi Hutan Mangrove ……...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan …………………………………………
5.1 Kesimpulan …………………………………………
5.2 Saran ………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki abad ke 21, pembangunan pesisir dan kelautan Indonesia dihadapkan pada beberapa realitas dan kecenderungan ke depan. Beberapa realitas dan kecenderungan ke depan tersebut adalah daya dukung sumber daya di darat dari waktu ke waktu semakin berkurang, sementara jumlah penduduk serta pendapatan masyarakat semakin meningkat. Oleh karena itu, permintaan barang dan jasa di masa mendatang akan terus meningkat yang semakin tidak dapat dipenuhi lagi dari hasil-hasil
Pendayagunaan sumberdaya daratan. Sebagai konsekuensinya, tuntutan untuk memanfaatkan sumberdaya lautdimasa mendatang akan meningkat. Beberapa kenyataan yang terjadi dalam lingkungan system pesisir adalah: peningkatan jumlah penduduk, kegiatan industri, pencemaran, sedimentasi, ketersediaan air bersih, pengelolaan secara berlebihan dan faktor penting lainnya. Semua factor-faktor ini merupakan komponen yang saling terkait dalam sistem pesisir. Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pesisir diperlukan adanya neraca sumberdaya pesisir dan lautan yang memerlukan penilaian ekonomi (valuasi ekonomi) terhadap cadangan pemanfaatan sumberdaya alam.
Eksistensi sumberdaya disuatu wilayah sangatlah tergantung pada bentuk pemanfaatan dan pengelolaan yang dilakukan masyarakat di wilayah itu. Pilihan-pilihan terhadap sumberdaya menjadi bagian penting yang mempengaruhi arah pemanfaatan, artinya bahwa pemanfaatan terhadap suatu jenis sumberdaya akan cenderung bergeser dari wilayah atau kawasan yang mulai menipis sumberdayanya ke kawasan yang masih aktif memiliki potensi yang tinggi. Tingginya aktivitas pemanfaatan sumberdaya pulau-pulau kecil di Maluku memberikan perhatian berbagai pihak, terutama berkelanjutan sumberdaya yang dikelolah disertai peningkatan ekonomi masyarakatnya. Fenomena menarik yang diperlihatkan di beberapa pulau-pulau kecil di Maluku menunjukan bahwa masyarakat di pulau kecil telah berupaya seoptimal mungkin untuk mengelolah sumberdaya.
Hutan mangrove selain sebagai ekosistem, juga sebagai sumberdaya perairan dan pulau-pulau kecil. Sumberdaya pesisir hutan mangrove menyediakan berbagai produk dan layanan jasa lingkungan yang menunjang berbagai kebutuhan hidup dan berbagai macam aktivitas ekonomi. Potensi hutan mangrove dapat member harapan kecukupan kebutuhan ekonomi hidup masyarakat, terutama yang bermukim sekitar kawasan mangrove. Hal ini sangat bergantung pada perlindungan dan pelestarian intergrasi fungsional dari system alami hutan mangrove, dan tidak pada konversi hutan mangrove untuk tujuan penggunaan tunggal sehingga fungsi-fungsinya menjadi hilang. Sesuai urain di atas, maka kelestarian fungsi-fungsi hutan mangrove yang menepati kawasan pesisir menjadi sangat penting dalam kegiatan pembangunan dan perekonomian masyarakat secara berkelanjutan.
Dengan demikian diperlukan valuasi melalui metodologi valuasi ekonomi terhadap potensi ekosistem mangrove. Karenanya penelitian ini sangat penting dilakukan sehingga hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan dan bahan informasi dalam memanfaatkan dan mengelolah ekosistem mangrove ke depan.
1.2 Perumusan Masalah
Untuk mengetahui fungsi dan manfaat ekonomi dari ekosistem hutan mangrove, maka permasalahan yang di kemukakan pada praktek mata kuliah valuasi ekonomi sumber daya yaitu bagaimana bentuk atau pola pemanfaatan ekosistem hutan mangrove di Desa Lateri.
1.3 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktek mata kuliah valuasi ekonomi sumber daya perikanan dan lingkungan yaitu untuk mengetahui bentuk atau pola pemanfaatan terhadap ekosistem hutan mangrove di Desa Lateri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Mangrove
Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue yang berarti tumbuhan dan grove yang berarti belukar atas hutan kecil. Kata mangrove digunakan untuk meyebut jenis pohon-pohon atau semak-semak yang tumbuh di antara batas air tinggi saat air pasang dan batas air terendah di atas rata-rata permukaan air (Macnae, 1968 dikutip oleh arief, 2003). Sedangkan menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum untuk menggambarkan suatu verietes komunitas pantai tropic yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan tumbuh dalam perairan asin..
Hutan mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, hidup sekaligus di habitat daratan dan air laut, antara air pasang dan surut. Menurut Indriyanto (2006), ekosistem merupakan suatu unit ekologi yang di dalamnya terdapat struktur dan fungsi, strukutur yang dimaksudkan dalam defenisi ini yakni yang berhubungan dengan keanekaragam spesies yang tinggi. Sedangkan fungsi yang dimaksud yaitu yang berhubungan dengan siklus materi dan arus energi kompenen-kompenen ekosistem.
Ekosistem mangrove adalah suatu system di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpanruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000).
2.2 Fungsi Ekologi dan Ekonomi Ekosistem Mangrove
2.2.1 Fungsi Ekologis Hutan Mangrove
Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kandungan logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan sebagai habitat satwa liar serta manfaat langsung lainnya
bagi manusia.
Hutan mangrove mampu mengikat sedimen yang terlarut dari sungai dan memperkecil erosi atau abrasi pantai. Erosi di pantai Marunda, Jakarta yang tidak bermangrove selama dua bulan mencapai 2 m, sementara yang berbakau hanya 1 m (Sediadi, 1991).
Mangrove juga mampu dalam menekan laju intrusi air laut ke arah daratan. Hasil penelitian Sukresno dan Anwar (1999) terhadap air sumur pada berbagai jarak dari pantai menggambarkan bahwa kondisi air pada jarak 1 km untuk wilayah Pemalang dan Jepara dengan kondisi mangrove-nya yang relatif baik, masih tergolong baik, sementara pada wilayah Semarang dan Pekalongan, Jawa Tengah sudah terintrusi pada jarak 1 km.
Mangrove juga memiliki fungsi ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa liar. Keanekaragaman fauna di hutan mangrove cukup tinggi, secara garis besar dapat dibagi dua kelompok, yaitu fauna akuatik seperti ikan, udang, kerang, dan lainnya serta kelompok terestrial seperti insekta, reptilia, amphibia, mamalia, dan burung (Nirarita et al., 1996).
2.2.2 Fungsi Ekonomi Hutang Mangrove
Secara garis besar mangrove mempunyai beberapa keterkaitan dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai penyedia bahan pangan, papan dan kesehatan serta lingkungan. Secara ekonomi hutan mangove yaitu :
1. penghasil kayu, misalnya kayu bakar, arang serta kayu untuk bahan bangunan dan perabot rumah tangga.
2. Penghasil bahan baku industry, misalnya pulp, kertas, testil, makanan, obat-obatan, alcohol, penyamak kulit, kosmetik dan zat pewarna.
3. Penghasil bibit ikan, udang, kerang, telur burung dan madu.
4. Sebagai objek pariwisata, karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Kegiatan wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, dan menyewakan.
2.3 Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove
Valuasi ekonomi adalah suatu upaya untuk memberikan nilai kauntitif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan terlepas dari apakah nilai pasar tersedia atau tidak (Fuazi, 1999).
1. Nilai Ekonomi Sumberdaya
Menurut paradigma neoklasik, nilai ekonomi dapat dilihat dari sisi kepuasan konsumen dan keuntungan perusahaan, dengan konsep dasar yang digunakan, yaitu surplus konsumen dan surplus produsen. Sedangkan berdasarkan pandangan ecological economics tujuan penilaian tidak semata terkait dengan maksimisasi kesejahteraan individu melainkan juga terkait dengan tujuan ekologi dan keadilan distribusi. Tujuan valuasi ekonomi pada dasarnya adalah membantu pengambilan keputusan untuk menduga efisiensi ekonomi dari berbagai pemanfaatan yang mungkin dilakukan terhadap ekosistem yang ada di kawasan pesisir dan laut.
Pengertian nilai atau value, khususnya menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Secara umum, nilai ekonomi dapat didefenisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya.
2. Tipologi Nilai Ekonomi Sumber Daya
Kerangka nilai ekonomi yg digunakan dalam mengevaluasi ekonomi sumberdaya alam adalah Konsep Nilai Ekonomi Total (TEV). Total economic value (TEV) merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan (use value) dan nilai ekonomi berbasis non-pemanfaatan (non use value).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Metode Praktikum
Metode yang digunakan praktek ini adalah studi kasus.. Di mana wawancara dilakukan secara langsung dengan menggunakan kuisioner kepada masyarakat Desa Lateri di sekitar kawasan hutan mangrove yang memanfaatkan hutan mangrove.
Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan persenolitas (Nazir, 2003). Tujuan studi kasus yaitu untuk memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karaktek yang khas dari kasus, ataupun status dari invidu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum.
3.2 Lokasi Praktikum
Tempat yang dijadikan sebagai lokasi praktek mata kuliah valuasi ekosistem hutan mangrove yaitu Desa Lateri, Kecamatan Teluk Ambon, pada tanggal 22 Desember 2011.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner), sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait.
3.4 Metode Pengambilan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006).
Proses seleksi sampel menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel tidak secara acak tapi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dan secara sengaja, bahwa responden adalah orang yang memanfaatkan sumberdaya ekosistem mangrove.
Responden yang diambil pada penelitian ini adalah mereka yang sering berhubungan dengan mangrove secara langsung. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka unit pengamatan adalah rumah tangga yang dicerminkan oleh kepala keluarga (KK). Jumlah sampel yang ambil dalam penelitian ini yaitu 17 KK.
3.5 Metode Analisis Data
1. Analisis Pola Pemanfaatan
Untuk analisis ini digunakan analisis deskriptif kualitatif, yakni penjabaran tentang data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara tentang pola pemanfaatan ekosistem mangrove di Desa Lateri.
2. Pendugaan Nilai Ekonomi
· Manfaat langsung; dengan pendekatan nilai pasar
· Manfaat tidak langsung; metode yang digunakan adalah replacement cost (biaya pengganti) dengan estimasi mangrove sebagai penahan abrasi pantai (manfaat fisik), sedangkan manfaat biologi dengan pendekatan poduktivitas
· Manfaat pilihan ; metode yang digunakan adalah benefit transfer, mengacu pada nilai keanekaragaman hayati hutan mangrove Indonesia yaitu US$ 1,500 per km2 per tahun (Ruittenbeek, 1992)
· Manfaat keberadaan ; metode yang digunakan adalah Contingen Valuation Method (CVM).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Populasi responden yang menjadi sampel dalam praktek mata kuliah valuasi ekonomi sumber daya perikanan dan lingkungan adalah masyarakat di Desa Lateri disekitar hutan mangrove yang memanfaatkan hutan mangrove tersebut. Jumlah populasi yang di ambil sebanyak 17 KK.
4.1.1. Umur
Hasil survei terhadap responden di lapangan menunjukkan bahwa umur responden masyarakat pemanfaat hutan mangrove di desa lateri, berkisar antara 30 tahun sampai dengan 48 tahun (Tabel 1).
Umur Responden (Tahun) | Jumlah Responden (Orang) | Persentase (%) |
30 | 1 | 5,9 |
30 – 40 | 9 | 52,9 |
Ø 40 | 7 | 41,2 |
Jumlah | 17 | 100 |
Sumber: data primer diolah, 2011
Dari Tabel 1 memperlihatkan bahwa tingkat usia responden tergolong dalam tingkatan kerja produktif. Kategori usia produktif adalah pada kelompok umur 15 – 64 tahun (Soedomo dikutip Amanupunyo, 2001 dalam Shinta, 2010). Usia responden tertinggi berada pada kisaran umur 30 - 40 tahun yaitu sebanyak 9 orang dengan persentase 52,9, dan usia terendah yaitu pada umur 30 dan > 40 tahun yang masing-masing sebanyak 1 orang (5,2 %) dan 7 orang (41,2 % ).
4.1.2 Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha dalam mendewasakan diri melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan cara mendidik. Menciptakan sumberdaya manusia yang handal dengan selalu berpikir rasional, mampu menentukan sikap dalam menghadapi masalah dan mengambil suatu keputusan, dan selalu optimis dalam setiap kegiatan usaha merupakan pengaplikasian dari proses pendidikan itu sendiri (Lewenussa, 2011). Yang mana tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan juga merupakan faktor intern penentu suatu usaha. Hasil praktek menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan masyarakat pemanfaat hutan mangrove yaitu sekolah dasar (SD).
4.1.3 Pendapatan
Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan berupa uang dari penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utama gaji atau upah, misalnya dari majikan, pendapatan bersih dan dari pekerjaan bebas. Secara keseluruhan responden yang memiliki pendapatan di atas upah minimum yakni sebanyak 8 orang ( ≥ Rp. 840.000 /bulan).
4.2 Identifikasi Pemanfaatan Hutan Mangrove
Mengacu pada tipologi nilai ekonomi dan terminalogi total economic value (tev) yang merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan/penggunaan dan nilai bukan pemanfaatan/penggunaan, maka kajian tentang nilai ekonomi ekosistem mangrove meliputi kegunaan langsung (manfaat langsung), nilai kegunaan tidak langsung (manfaat tidak langsung), nilai warisan dan nilai pilihan. Berikut ini adalah uraian tentang nilai ekosistem mangrove di Desa Lateri.
4.2.1 Manfaat Langsung (Kegunaan Langsung)
Ada empat langkah yang diacu dari Suparmoko (2002) untuk menilai kegunaan langsung ekosistem mangrove, yaitu identifikasi, kuantifikasi. Kuantifikasi dinyatakan dalam nilai uang (harga) dan membuat analisis ekonomi.
Berpatokan pada tahap-tahap atau langkah-langkah tersebut, maka identifikasi manfaat langsung ekosistem mangrove di Desa Lateri meliputi kayu bangunan, kayu bakar, bibit bakau, kepiting, dan kerang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Identifikasi Kegunaan Langsung Ekosistem Mangrove (Manfaat Langsung)
Manfaat | Pemanfaatan rata-rata per responden per tahun |
Kayu bangunan (batang) | 4 |
Kayu bakar / ranting kayu (ikat) | 122 |
Bibit bakau (bibit) | 3.875 |
Kepiting (ekor) | 1.400 |
Kerang (kg) | 160 |
Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa, masyarakat desa lateri lebih banyak memanfaat secara langsung ekosistem mangrove sebagai bibit bakau dengan pemanfaat secara rata-rata sebesar 3.875 pertahun.
4.2.2 Manfaat Tidak Langsung
Berdasarkan hasil indetifikasi, diperoleh bahwa bentuk manfaat tidak langsung dari ekosistem mangrove di Desa Lateri yaitu pencegah abrasi, nursey ground, feeding & spawning ground.
4.3 Nilai Ekonomi Hutan Mangrove
Dalam praktikum ini, nilai ekonomi hutan mangrove yang di identifikasi yaitu manfaat langsung, manfaat tidak langsung, nilain warisan dan nilai keberadaan. Nilai hutan mangrove Desa Lateri sebagai berikut.
4.3.1 Manfaat Langsung
Di mana, ML = ML1 + ML2 + ….. MLn
Tabel 3. Nilai Ekonomi Manfaat Langsung
Jenis pemanfaatan | Manfaat (Rp) | Biaya (Rp) | Keuntungan (Rp) |
Kayu bangunan | 291.000 | 121.750 | 169.250 |
Kayu bakar | 1.170.600 | 1.694.850 | 475.750 |
Bibit bakau | 4.070.185 | 1.599.017 | 2.471.168 |
Kepiting | 15.960.000 | 1.272.500 | 14.687.500 |
Kerang | 480.000 | 85.000 | 395.000 |
Total | 22.971. 785 | 4.773.117 | 18.198.668 |
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Berdasarkan data primer tersebut diperoleh, nilai manfaat langsung per tahun adalah Rp 22.971.785 sedangkan manfaat langsung per ha per tahun Rp 143.114.221
4.3.2 Manfaat Tidak Langsung
Manfaat tidak langsung meliputi:
a. Manfaat fisik : sebagai penahan abrasi pantai diestimasi melalui replacement cost dengan pembuatan beton pantai untuk pemecah gelombang (break water). Biaya pengganti dari nilai pemecah gelombang ukuran 1 m x 11 m x 2,5 m dengan daya tahan 10 tahun sebesar Rp 4.153.880, contoh panjang pantai hutan mangrove di lokasi A adalah 2,156 m maka break water dengan daya tahan 10 tahun adalah Rp 8.955.765.280 sedangan per tahun sebesar Rp 895.576.528
b. Manfaat biologi ; nursery, feeding & spawning ground. Digunakan pendekatan produktivitas. Contoh produksi perikanan adalah Rp 143.897.900 sedangkan produksi per ha luas mangrove (6,23 ha) sebesar Rp 23.097.576
c. Total manfaat tidak langsung = Rp 1.039.474.428 per tahun (895.576.528 + 143.897.900) sedangkan Rp 166.849.827 per ha (143.752.251 + 23.097.576).
4.3.3 Manfaat Pilihan
Nilai pilihan ekosistem mangrove di desa lateri didekati dengan manfaat keanekaragaman hayati (biodiversity). Nilai mata uang rupiah per dollar sebesar Rp. 9.310. memperhitungkan nilai keanekaragaman hayati (biodiversity) dari mangrove, menggunakan benefit transfer. Diasumsikan nilai pilihan = nilai keanekaragaman hayati hutan mangrove di teluk Bintuni Irian Jaya sebesar US$ x 15 per ha per tahun (ruitenbeek, 1991). Nilai pilihan = nilai keanekaragaman (biodiversity) x nilai kurs rupiah terhadap dollar saat penelitian. (contoh : harga beli Rp 9310) maka nilai pilihan (US$ 15 per ha per tahun x Rp 9310 per US$ = Rp 139.650 per ha per tahun) diketahui luas hutan mangrove 6,23 ha maka nilai manfaat pilihan per ha per tahun = Rp 139.650 per ha per tahun x 6,23 ha = Rp 870.020 per tahun.
4.3.4 Nilai Keberadaan
Dengan pendekatan dan metode yang sama dengan nilai warisan, namun keinginan membayar yang dimaksud adalah keinginan membayar masyarakat untuk terpeliharanya ekosistem mangrove meskipun masyarakat tidak akan memanfaatkan atau mengunjunginya, maka nilai keberadaan dapat ditentukan, menggunakan teknik valuasi pada survey sehingga WTP diperoleh dengan menggunakan teknik CVM. Nilai keberadaan ekosistem mangrove dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Manfaat Keberadaan Hutan Mangrove Dan Karakteristik Responden
No | Pendidikan | Pendapatan | Umur | Jumlah Tanggungan | Lama Domisili | WTP |
1 | SD | 12.700 | 42 | 7 | 22 | 1.000.000 |
2 | SD | 68.000 | 48 | 4 | 48 | 1.000.000 |
3 | SD | 1.366.667 | 37 | 4 | 37 | 1.000.000 |
4 | SD | 175.000 | 40 | 4 | 40 | 1.000.000 |
5 | SD | 164.350 | 38 | 5 | 15 | 1.500.000 |
6 | SD | 4.461.042 | 55 | 4 | 20 | 1.500.000 |
7 | SD | 1.177.047 | 32 | 6 | 17 | 1.500.000 |
8 | SD | 2.903.000 | 45 | 7 | 5 | 1.500.000 |
9 | SD | 12.010.000 | 40 | 5 | 40 | 1.500.000 |
10 | SD | 125.000 | 40 | 5 | 10 | 2.000.000 |
11 | SD | 57.460 | 48 | 3 | 25 | 2.000.000 |
12 | SD | 733.611 | 40 | 8 | 15 | 2.000.000 |
13 | SD | 1.493.000 | 35 | 5 | 25 | 2.000.000 |
14 | SD | 240.000 | 47 | 7 | 35 | 2.000.000 |
15 | SD | 450.000 | 30 | 3 | 30 | 2.000.000 |
16 | SD | 1.194.000 | 40 | 4 | 15 | 2.000.000 |
17 | SD | 1.960.000 | 37 | 4 | 15 | 2.000.000 |
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Tabel di atas menunjukkan, nilai manfaat keberadaan yang diperoleh sebesar Rp8.500.000 per ha per tahun, jika dikalikan dengan luas hutan mangrove (6,23 ha) = Rp 52.955.000.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Identifikasi manfaat langsung ekosistem mangrove di Desa Lateri meliputi kayu bangunan, kayu bakar, bibit bakau, kepiting, dan kerang.
2. Nilai manfaat langsung ekosistem mangrove per tahun adalah Rp 22.971.785, sedangkan manfaat langsung per ha per tahun sebesar Rp 143.114.221.
3. Total manfaat tidak langsung = Rp 1.039.474.428 per tahun (895.576.528 + 143.897.900) sedangkan Rp 166.849.827 per ha (143.752.251 + 23.097.576).
4. Besar nilai manfaat pilihan per ha per tahun = Rp 139.650 per ha per tahun x 6,23 ha = Rp 870.020 per tahun.
5. Nilai manfaat keberadaan yang diperoleh sebesar Rp8.500.000 per ha per tahun, jika dikalikan dengan luas hutan mangrove (6,23 ha) = Rp 52.955.000.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu, perlu adanya peran dan perhatian dari permerintah atau instansi terkait dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat desa lateri disekitar ekosistem hutan mangrove dalam upaya pelestarian ekosistem mangrove sehingga manfaat ataupun nilai dari ekosistem mangrove tersebut dapat terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. Cetakan Pertama. Penerbit PT Bumi Aksara. Jakarta
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan. PT. Gramedia. Jakarta
Lewenussa, I. 2011. Analisis Titik Impas Dan Waktu Pengembalian Investasi Usaha Purse Seine Di Dusun Kilwouw. Laporan PKL. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura. Ambon.
Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem Mangrove. Makalah Disampaikan Pada Lokakarya Nasional Pengembangan System Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta.
saya bisa minta filenya tolong kirim ke tobing.kesling@gmail.com terima kasih
BalasHapus