Jumat, 28 Oktober 2011

ANALISIS TITIK IMPAS DAN WAKTU PENGEMBALIAN INVESTASI USAHA PURSE SEINE DIDUSUN KILWOUW


ANALISIS TITIK IMPAS DAN WAKTU PENGEMBALIAN INVESTASI
USAHA PURSE SEINE DI DUSUN KILWOUW

LAPORAN
PRAKTEK KETERAMPILAN LAPANGAN

OLEH :
IRAMAYA S. LEWENUSSA
NIM : 2008-68-021


PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2011
BAB I
PENDAHULUAN
                     
1.1              Latar belakang
Usaha perikanan dikenal 3 jenis bidang usaha. Bidang usaha perikanan yang dimaksud yaitu sumber daya air (sumber daya alam), sumber daya ikan, sumber daya manusia sebagai pelaku usaha perikanan (terdiri dari nelayan, pembudidayan ikan dan pengolah hasil perikanan), serta sumber daya buatan yang mencakup fasilitas dan teknologi (Effendi dan Oktariza, 2006).
Karakteristik geografis dan kandungan sumber daya kelautan dan perikanan yang dimiliki Indonesia memberikan pengakuan (justifikasi) bahwa Indonesia merupakan Negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati yang tinggi (mega-biodiversity). Fakta ini menunjukkan bahwa sector kelautan dan perikanan merupakan sector yang memiliki peluang yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dan dikelolah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional (Laiweheriwa, 2008)
Maluku merupakan Provinsi kepulauan dengan luas wilayahnya 712.479,69 km2 terdiri dari 93,5 % luas perairan (666.139,85 km2) dan 6,5 % luas daratan (46.339,85 km2). Total jumlah pulau yang ada teridentifikasi di Maluku mencapai 1.340 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 10.630,1km (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2007).
Dengan memiliki bentangan laut yang luas, laut di perairan Maluku menyimpan kekayaan laut yang sangat besar dan potensial, baik berupa sumber daya perikanan maupun pertambangan. Kekayaan tersebut merupakan modal besar bagi daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sehingga memposisikan daerah ini pada fokus pengembangan sektor kelautan dan perikanan. Berbagai cara dilakukan untuk pemanfaatan sumber daya secara optimal, mulai dari penangkapan, pembudidayaan sampai pada pengolahan hasil perikanan. Dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan di Maluku.
Kegiatan penangkapan di laut merupakan salah satu bentuk kegiatan usaha yang dilakukan oleh nelayan dengan tujuan untuk memanfaatkan sumber daya hayati laut, khususnya sumber daya ikan dalam memenuhi kebutuhan protein masyarakat melalui konsumsi pangan hewani sekaligus juga sebagai upaya peningkatan pendapatan nelayan (Opier, 2009). Salah satu jenis alat tangkap yang digunakan dewasa ini adalah “Purse Seine“. Menurut Sudirman dan Maulana (2000), purse seine/jaring lingkar atau pukat cincin adalah alat (gear) yang digunakan dalam operasi penangkapan. Alat tangkap ini sangat produktif dalam menciptakan lapangan pekerjaan, serta memberikan peluang untuk usaha.
Dusun Kilwouw merupakan salah satu Dusun di pesisir Kecamatan Pulau Gorom Seram Bagian Timur, yang memiliki potensi perikanan yang potensial dengan luas wilayah ± 3 km2. Umumnya sebagian besar penduduk di Dusun Kilwouw bermata pencaharian sebagai nelayan. Salah satu usaha penangkapan yang sudah lama dijalankan di Dusun Kilwouw yaitu purse seine.
Perkembangan usaha purse seine di Dusun Kilwouw dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat disekitar Pulau Gorom, khususnya Dusun Kilwouw. Keuntungan yang didapatkan diantaranya adalah memberikan kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini diharapkan mampu menumbuhkan serta mendorong semangat kerja dan motivasi  berwirausaha bagi masyarakat di daerah tersebut.
Secara umum usaha perikanan di laut (usaha perikanan tangkap) dihadapkan pada ketidakpastian produksi, penggunaan investasi dan biaya operasional yang relatif tinggi, sehingga di dalam pencapain keberhasilan secara komprehensif pada usaha yang di jalankan perlu diterapakan manajemen secara baik, jika keberhasilan dan pengembangan usaha ingin dicapai (Shinta, 2010). Hal seperti ini yang menjadi kendala dan mempengaruhi keberhasilan usaha nelayan, yang diukur melalui tingkat pendapatan usaha. Karena itu perlu dilakukan suatu analisis untuk mengetahui sampai di mana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berlangsung (Rahardi, dkk 1993).
Dalam kaitannya dengan pemaparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan PKL dengan judul “Analisis Titik Impas dan Waktu Pengembalian Investasi Usaha Purse Seine di Dusun Kilwouw“.

1.2       Perumusan Masalah
Usaha perikanan yang dilakukan oleh seorang pengusaha harus menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Karena itu, perlu dilakukan analisis usaha.
Analisis usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu jenis usaha. Salah satu tujuan dari analisis usaha yaitu untuk mengetahui titik impas dan waktu pengembalian investasi suatu usaha. Analisis usaha dalam perikanan sangat diperlukan mengingat ketidakpastian usaha yang cukup besar, apalagi usaha dan pengolahan sangat dipengaruhi oleh musim penangkapan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka yang menjadi permasalahan yang diangkat dalam praktek ketrampilan lapangan ini yaitu  :
1.      Mengetahui titik impas/break even point (BEP) usaha purse seine di Dusun Kilwouw.
2.      Mengetahui waktu pengembalian investasi usaha purse seine di Dusun Kilwouw.

1.3         Tujuan PKL
              Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari PKL ini adalah :
1.      Untuk melakukan analisis titik impas/break even point (BEP) pada usaha purse seine di Dusun Kilwouw.
2.      Untuk mengetahui waktu pengembalian investasi usaha purse seine di Dusun Kilwouw.



1.4         Manfaat PKL
              Hasil dari praktek ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai :
1.      Bahan informasi dan pertimbangan bagi nelayan maupun pemilik (pengolah) usaha perikanan tangkap.
2.      Bahan informasi untuk pengembangan ilmu di bidang agrobisnis perikanan dan kelautan.
3.      Proses untuk penambahan pengetahuan dan pemahaman tentang titik impas dan payback period.
4.      Bahan infornasi dan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam penyusunan kebijakan pembangun ke depan.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Usaha perikanan
Usaha perikanan adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen tersebut adalah ikan sebagai sumber daya hayati, perairan sebagai sumber daya alam, nelayan sebagai produsen, pengolah, lembaga pemasaran serta masyarakat umum selaku konsumen akhir (Hermanto dan Bahansyah dikutip oleh Mandak, 2004).
Usaha perikanan mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya memperoleh keuntungan dan tidak terbatas hanya pada usaha penangkapan ikan tetapi juga menyangkut waktu yang tersita untuk mencari ikan, berlayar dari bandar ke lumbuk ikan serta pengolahan ikan di laut.
Menurut Effendi dan Oktariza (2006), jenis usaha perikanan dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
1.            Perikanan tangkap merupakan kegiatan memproduksi ikan dengan menangkap atau capture  dari perairan darat, seperti sungai, muara sungai, waduk dan rawa serta perairan laut, seperti perairan pantai atau laut lepas.
2.            Perairan akuakultur (perikanan budidaya) merupakan kegiatan memproduksi ikan dalam suatu wadah terkontrol dan berorientasi kepada keuntungan.
3.            Pengolahan perikanan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk perikanan baik yang berasal dari perikanan tangkap maupun akuakultur.
Usaha perikanan diharapkan mampu memasok produknya dalam rangka memenuhi pernintaan produk perikanan sejalan dengan meningkatnya populasi manusia di dunia. Upaya untuk menjawab tantangan tersebut tengah dan sudah dilakukan, salah satunya dengan mengenjot produksi (Effendi dan Oktariza, 2006).
Usaha perikanan memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai berikut :
1.      Ikan sebagai makanan sehat untuk konsumsi memiliki permintaan yang cenderung meningkat.
2.      Perikanan terutama akuakultur dan pengolahan perikanan, merupakan sektor yang sedang berkembang dengan laju relatif cepat.
3.      Potensi perikanan Indonesia sangat besar dengan ribuan pulau dan luas lautannya, termasuk keragaman hayati yang besar sehingga lebih banyak pilihan tipe, komoditas dan lokasi usaha perikanan.
4.      Jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak merupakan pasar potensial yang baru digali sebagian kecil saja sehingga peluang pengembangan pasar masih sangat diperlukan.
5.      Indonesia berada di kawasan tropis dengan sinar matahari tersedia sepanjang tahun sehingga kegiatan produksi bisa berkembang sepanjang tahun.
6.      Agrobisnis perikanan terdiri dari on form dan menghasilakan lebih banyak lagi pelaku off form. Sehingga banyak pilihan usaha di kedua level agrobisnis perikanan tersebut.
7.      Kecenderungan politik nasional yang mulai memperhatikan potensi kelautan, termasuk di dalamnya kegiatan perikanan. 

2.2              Deskripsi Alat Tangkap Purse Seine
Purse seine adalah alat (gear) yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang membentuk gerombolan (Sudirman, dkk. 2002) purse seine atau pukat cicin merupakan jaring yang umumnya berbentuk empat persegi. Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan adalah ikan-ikan yang “pelagic shooling species“ yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shool ( gerombolan), berada dekat dengan permukaam air dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shool itu tertinggi (jarak antara ikan dengan ikan yang lainnya harus sedekat mungkin).
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine yaitu dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertikal, dengan demikian gerakan ikan ke arah horizontal dapat dihalangi. Dengan kata lain, memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap.
Panjang purse seine tergantung pada dimensi kapal, waktu operasi dan jenis ikan yang ditangkap. Purse seine yang ditujukan untuk operasi penangkapan pada siang adalah lebih panjang dari purse seine yang di tujukan umtuk operasi pada malam hari. Begitu pula pada jenis ikan. Untuk menangkap jenis ikan tuna, purse seine harus lebih panjang karene jenis ikan ini termasuk perenang cepat. Jaring yang terlalu pendek akan kurang berhasil dalam mendapatkan hasil tangkapan dan sebaliknya penambahan jaring yang berlebihan tidak akan menjamin bertambahnya hasil tangkapan. Jadi, perlu ditentukan panjang optimum dari jaring yang dapat menghasilkan tangkapan yang paling banyak dalam waktu yang sama. Hal tersebut perlu ditinjau baik dari segi teknis maupun ekonomis (Rahardjo, 1997 dalam sudirman dkk, 2000).
Satu unit purse seine terdiri dari jaring, kapal dan alat bantu (roller, lampu, echosouder, dan sebagainya).
Purse seine juga terdiri dari beberapa bagian yaitu kantong (bag, bunt), badan jaring, tepi jaring, pelampung, tali pelampung, sayap, pembera (sinker, lead), tali penarik, tali cicin dan secvage.
Berdasarkan dasarkan jumlah kapal yang digunakan, purse seine dibedakan atas one boat purse seine dan two boat purse seine. Ayodhyoa (1981) dalam Sudirman dkk (2000), menjelaskan perbandingan antara sistem one boat system dengan two boat system sebagai berikut :
1.      One boat system
a.       Dibandingkan dengan two boat system, cara operasi lebih mudah (tidak terlalu complicated)
b.      Memungkinkan pemakaian kapal lebih besar, dengan demikian area operasi akan menjadi luas.
c.       Pengaruh cuaca negatif (lebih dapat dikuasai), dengan demikian jumlah operasi akan lebih banyak.
d.      Menarik jaring, mengangkat jaring, mengangkat ikan, dan lain-lain pekerjaan di dek, memungkinkan dimekanis, dengan demikian kerja akan lebih efisien.
e.       Dengan ukuran jaring yang sama, ukuran kapal akan lebih besar pada one boat system dibandingkan two boat system.

2.      Two boat system
a.       Teoritis waktu yang diperlukan untuk melingkari gerombolan ikan menjadi sekitar seperdua dari waktu yang diperlukan oleh one boat system.
b.      Sifat-sifat ikan, kondisi fishing ground (angin, arus, gerombolan dan lain-lain sebagainya), kondisi saat operasi, dan sebagainya akan mempengaruhi penentuan system yang akan dipakai.

Pada umumnya dalam pengoperasian purse seine dikenal dua cara yaitu:
1.      Teknik operasi dengan mengejar gerombolan ikan
a.       Pertama-tama harus menemukan gerombolan ikan.
b.      Setelah hal tersebut diketahui, barulah dilakukan pelingkaran jarring dengan menghadang arah renang ikan. Pada waktu melingkari gerombolan ikan, kapal dijalankan secepat mungkin dengan tujuan agar gerombolan ikan segera terkepung.
c.       Penarikan tali kolor. Setelah kedua jaring bertemu maka dilakukan penarikan tali kolor dengan maksud untuk mencegah ikan agar tidak lari ke arah bawah jaring.
d.      Penarikan tubuh jaring, float line. Ini ditarik jika bagian bawah jaring telah tertutup, dengan demikian semua pemberat telah berada di atas kapal. Tubuh jaring dan float line  diatur kembali di atas kapal seperti semula.
e.       Pengambilan hasil tangkapan. Ikan-ikan yang terkumpul pada bagian kantong atau yang berfungsi sebagai kantong segera diserok ke atas kapal.

2.      Teknik operasi jika menggunakan alat bantu cahaya.
Teknik operasinya sebagai berikut :
a.       Menyalakan lampu
b.      Mengetahui arah arus.hal ini yang penting diketahui sehubungan dengan arah hayutnya jaring pada saat pelingkaran.
c.       Penurunan jaring.
d.      Selanjutnya sama dengan operasi dengan mengejar gerombolan ikan.

3.      Teknik operasi dengan menggunakan rumpon.
Teknik pengkapannya sebagai berikut:
a.       Melepaskan tali rumpon. Pada tali rumpon diberikan pelampung. Dengan demikian rumpon akan hayut searah dengan arus permukaan air.
b.      Melihat arah dan kecepatan arus untuk memprediksi kecepatan dan arahnya rumpon yang telah dilepaskan.
c.       Melingkari gerombolan ikan yang ada di bawah rumpon.
d.      Menarik tali kolor dari jaring.

Menurut Talakua (2006) dikutip opier (2009), salah satu usaha perikanan skala kecil dan menengah yaitu purse seine. Unit ini mempunyai prospek yang sangat baik terutama untuk menangkap sumber daya ikan pelagis, mampu menyerap tenaga kerja yang banyak, pengoperasiannya dapat dilakukan sepanjang tahun dan hasil tangkapannya relative banyak bila dibandingkan dengan unit tangkapan lainnya.

2.3     Biaya
          Istilah biaya dapat diartikan bermacam-macam dan pengertiannya berubah-ubah, tergantung pada bagaimana biaya tersebut digunakan. Umumnya, biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar. Inti dari teori biaya sebenarnya merupakan kumpulan dari penalaran dan penjelasan lain yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku biaya. Dengan kata lain, bahwa biaya dalam pengertian ekonomi adalah sebuah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam menghasilkan barang yang siap dipakai oleh konsumen.
Menurut Mulyadi, (2005) dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Komponen biaya dalam usaha perikanan menurut Effendi dan Oktariza, (2006) terbagi menjadi dua yaitu:
a.      Biaya investasi
Menurut Effendi dan Oktariza, (2006) modal investasi merupakan penanaman modal untuk jangka waktu tertentu agar mendapatkan bayaran di masa depan atas kompensasi dana yang ditanamkan. Modal investasi umumnya merupakan modal yang biasanya dipakai dalam jangka panjang. Biasanya modal ini dinilai cukup besar. Nilai modal investasi akan mengalami penyusutan dari tahun ke tahun, bahkan bisa dari bulan ke bulan.
Pada usaha perikanan tangkap, modal investasi yang dibutuhkan biasanya digunakan untuk biaya pengadaan mesin, alat penangkapan dan pengadaan kapal penangkapan. Besarnya biaya investasi pada usaha perikanan tangkap sangat bervariasi, tergantung pada jenis perahu/kapal,jenis mesin dan jenis alat tangkap yang digunakan.
Selanjutnya dikatakan oleh Mantjoro, 1996 dikutip oleh Papilaya, 2009, bahwa bentuk investasi yang merupakan cash flow dapat dibedakan dalam 2 kelompok yaitu:
·      Capital expenditure yaitu jenis pengeluaran yang memberikan manfaat jangka panjang seperti pembelian mesin-mesin, bangunan dan aktiva tetap lainnya.
·      Revenue expenditure merupakan jenis pengeluaran yang diperhitungankan sebagai biaya seperti biaya tenaga kerja, biaya material, operating express.

b.      biaya operasional atau modal kerja.
Menurut Effendi dan Oktariza, (2006) modal kerja adalah modal yang digunakan untuk untuk menjalankan atau membiayai kegiatan operasional perusahaan. Berdasarkan penggunaannya, modal kerja terbagi menjadi dua yaitu biaya variable dan biaya tetap. Biaya variable merupakan biaya yang harus dikeluarkan berdasarkan tingkat usahanya. Semakin besar skala usaha maka semakin besar pula biaya variable yang harus dikeluarkan. Sedangkan biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan seorang pengusaha meskipun usaha tersebut sedang tidak produktif.

2.4       Analisis Titik Impas / Break even Point (BEP)
Analisis BEP salah satu analisis utnuk mengetahui batas nilai produksi suatu usaha mencapai titik impas (tidak untung dan tidak rugi). Usaha dinyatakan layak bila nilai BEP produksi lebih besar dari jumlah unit yang sedang di produksi saat ini.  Sementara BEP harga harus lebih rendah dari harga yang berlaku saat ini (Effendi dan Oktariza, 2006).
Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi. Selain itu BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan. Untuk menentukan BEP, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu biaya atau modal (baik untuk modal  tetap atau variabel), harga jual dan tingkat produksi (Rahardi, dkk 1993).

2.5              Payback period (PP)
Payback period (PP) adalah jangka waktu pengembalian modal investasi yang akan dibayar melalui keuntungan yang diperoleh (Rahardi, dkk 1993). Semakin cepat pengembalian semakin cepat usahanya.
Payback period merupakan salah satu metode perhitungan capital budgeting yang relative sederhana. Analisis payback period bertujuan untuk mengetahui waktu investasi yang telah ditanam pada suatu usaha (Effendi dan Oktariza, 2006).






BAB III
METODOLOGI PRAKTEK

3.1               Metode Praktek
Metode yang digunakan praktek ini adalah metode survei. Di mana wawancara dilakukan secara  langsung dengan menggunakan kuisioner kepada para pemilik (pengolah) usaha purse seine di Dusun kilwouw.
Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keteranagan secara faktual. Metode survei dapat memberikan manfaat untuk tujuan-tujuan yang bersifat deskriptif, membantu kondisi-kondisi yang telah ditentukan sebelumnya (Nazir, 2003).

3.2               Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) , mengenai identitas responden (umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga serta pengalaman kerja), biaya atau modal (baik modal tetap atau variabel), harga jual serta tingkat produksi.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait berupa, kantor kepala Desa Kataloka Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur serta literatur-literatur yang menunjang praktek ini.

3.3               Metode Pengambilan Sampel
              Jumlah nelayan pemilik yang masih aktif menjalankan usaha purse seine sebanyak 4 orang yang merupakan keseluruhan dari nelayan pemilik di Dusun Kilwouw. Sampel yang diambil dalam praktek ini adalah nelayan pemilik yang masih aktif menjalankan usaha purse seine di Dusun Kilwouw.
 Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah metode sampling jenuh atau exhausting sampling method. Metode sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang (Sugiono, 2004).
           
3.4              Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan yaitu :
1.                   Break even point ( BEP )
      Ada dua jenis BEP yang digunakan yaitu BEP produk dan BEP harga. Secara sistematis BEP dirumuskan sebagai berikut :

                                          Total produksi
·         BEP produksi   =
                                          Harga penjualan

                                                      Total biaya
·         BEP harga       =  
                                    Total produksi  
2.                   Payback period ( PP )
      Secara sistematis PP dirumuskan sebagai berikut :

PP
                                                      Total investasi × 1 tahun
                                           =    ---------------------------------
                                                           Keuntungan


3.5              Tempat dan Waktu
Praktek ini dilaksanakan di Dusun Kilwouw Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur, di mana alokasi waktunya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Praktek Ketrampilan Lapangan
Klasifikasi kegiatan
waktu pelaksanaan ( Bulan )
Desember
Januari
Februari
Maret
1

2

3

4

1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Pembuatan
Proposal


α

α













Pengumpulan
Data








α

α

α

α





Pengolahan
Data













α

α


Penyusunan
Laporan















α

α
Keterangan :                                                                                        
o    1,2,3,4 = Minggu,
o    α          = Aktivitas Ketrampilan Lapangan
3.6   Defenisi Operasional
Beberapa konsep dan pengertian untuk membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Purse seine adalah alat tangkap yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan pelagis.
2.      Biaya investasi adalah sejumlah modal atau biaya dikeluarkan untuk menjalankan suatu usaha.
3.      Biaya variabel adalah pengeluaran sejumlah biaya yang tergantung pada tingkat usahanya.
4.      Biaya tetap adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan meskipun usahanya tidak berproduksi.
5.      Titik impas / break even point adalah suatu analisis untuk mengetahui titik keseimbangan suatu usaha, dimana usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan maupun kerugian.
6.      Payback period adalah analisis usaha untuk mengetahui jangka waktu pengembalian modal investasi sautu usaha.
7.      Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya untuk menangkap ikan.






BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK KETRAMPILAN LAPANGAN

4.1                       Kondisi Geografis Wilayah
Dusun Kilwouw merupakan salah dusun adat  yang berada di Desa Kataloka Kecamatan Pulau Gorom dan termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Seram Bagian Timur dengan Memiliki luas wilayah ± 3 km2. Secara geografis Dusun Kilwouw memiliki batasan-batasan sebagai berikut:
·         Sebelah utara berbatasan dengan dusun rumodar
·         Sebelah selatan berbatasan dengan desa ondor
·         Sebelah barat berbatasan dengan laut pulau panjang
·         Sebelah timur berbatasan dengan gunung miran
(Gambaran Lokasi Praktek dapat dilihat pada Lampiran 2)

4.2                       Iklim
Iklim di Dusun Kilwouw pada umumnya adalah iklim tropis dan iklim musim. Di mana Iklim Musim terdiri atas Musim Barat atau Utara dan Musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim selalu diselingi oleh musim pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut.
Musim Barat pada umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada bulan April merupakan peralihan ke Musim timur. Musim Timur berlangsung pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, disusul dengan masa transisi ke Musim Barat yakni bulan November.

4.3                       Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian
4.3.1                 Kependudukan
Jumlah penduduk Dusun Kilwouw secara keseluruhan sampai akhir tahun 2010 terdaftar sebanyak 477 jiwa, yang terdiri dari 229 jiwa laki-laki dengan persentase 48 % dan 248 jiwa perempuan dengan persentase 52% serta dengan jumlah kepala keluarga secara keseluruhan sebanyak 100 KK. Data tentang jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.

              Tabel 2. Jumlah Penduduk Dusun Kilwouw
Kategori
Jumlah Penduduk
(orang)
Persentase
(%)
Laki-laki
229
48
perempuan
248
52
jumlah
477
100
             


          Sumber : Kantor Kecamatan Pulau Gorom, 2010

4.3.2                 Mata pencaharian
Penduduk Dusun Kilwouw pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Dari jumlah kepala keluarga sebanyak 100 KK, 28 jiwa di antaranya adalah nelayan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
 


              Tabel 3. Klasifikasi Mata Pencaharian
Mata Pencaharian
Jumlah penduduk
(orang)
Persentase
(%)
Petani
38
28,6
Nelayan
31
23,3
Pegawai Negeri
27
20,3
wiraswasta
23
17,3
Lain-lain
14
10,5
jumlah
133
100
Sumber : Kantor Kecamatan Pulau Gorom, 2010
                                                     
Pada Tabel 3 terlihat jelas bahwa sebagaian besar masyarakat di Dusun Kilwouw lebih memanfaatkan daratan untuk untuk bercocok tanam.
Hal ini ditunjukkan dari mata pencaharian sebagai nelayan lebih banyak di pilih oleh masyarakat setempat yakni sebesar 38 jiwa dengan persentase 28,6.

4.4                       Keagamaan
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya menjadi keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan dirinya. Agama merupakan bentuk penghambaan manusia kepada Tuhannya.
Umumnya mayoritas penduduk Dusun Kilwouw merupakan pemeluk agama islam, yaitu sebanyak 441 orang dengan persentase 92,5.

Sedangkan 36 orang lain merupakan pemeluk agama konfucu dengan persentase 7,5, yang tidak lain adalah warga pendatang yang sudah bermukim sejak lama di Dusun Kilwouw (Tabel 4). Di Dusun Kilwouw terdapat saran prasarana penunjang peribadatan berupa,  1 buah mesjid dan 1 buah musolah.

              Tabel 4. Keagamaan
Agama
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Islam
441
92,5
Konfucu
36
7,5
Jumlah
477
100
Sumber : Kantor Kepala Desa Kataloka, 2010

4.5         Pendidikan
Pendidikan merupakan salah pilar penting dalam meningkatkan sumberdaya manusia (Tamarale, 2010). Sebagaimana tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3, pendidikan nasional berfungsi mengembangan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman. Hal tersebut harus didukung dengan pembangunan berbagai fasilitas pendidikan formal.
Fasilitas pendidikan yang tersedia di Dusun Kilwouw saat ini dapat dikatakan memadai. Fasilitas yang ada antara lain yaitu, SD Negeri 1 Pulau Gorom, SMP Negeri 1 Pulau Gorom, MTS Negeri 1 Pulau Gorom, SMA Negeri 1 Pulau Gorom.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1         Karakteristik Responden
Populasi responden yang menjadi sampel dalam praktek ketrampilan lapangan ini adalah seluruh nelayan pemilik yang masih aktif menjalankan usaha purse seine di Dusun Kilwouw. Jumlah populasi nelayan pemilik usaha purse seine adalah sebanyak 4 orang yang masing-masing pemilik (pengelolah) usaha memiliki 1 unit purse seine.

5.1.1      Umur
Hasil survei terhadap responden di lapangan menunjukkan bahwa umur responden yakni pemilik usaha purse seine, berkisar antara 40 tahun sampai dengan 65 tahun (Tabel 5).
              Tabel 5. Tingkat Umur Responden
Umur responden
(tahun)
Jumlah responden
(orang)
Persentase
(%)
40
1
25
40 – 50
2
50
Ø  64
1
25
Jumlah
4
100
Sumber : Data primer Diolah, 2011

Dari Tabel 5 memperlihatkan bahwa tingkat usia responden tergolong dalam tingkatan kerja produktif. Kategori usia produktif adalah pada kelompok umur 15 – 64 tahun (Soedomo dikutip Amanupunyo, 2001 dalam Shinta, 2010). Usia responden tertinggi berada pada kisaran umur 40 – 50 tahun yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 50, dan usia terendah yaitu pada kisaran > 64 tahun dan 40 tahun yang masing-masing sebanyak 1 orang dengan persentase 25.

5.1.2      Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha dalam mendewasakan diri melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan dan cara mendidik. Menciptakan sumberdaya manusia yang handal dengan selalu berpikir rasional, mampu menentukan sikap dalam menghadapi masalah dan mengambil suatu keputusan, dan selalu optimis dalam setiap kegiatan usaha merupakan pengaplikasian dari proses pendidikan itu sendiri. Yang mana tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan juga merupakan faktor intern penentu suatu usaha (Shinta, 2010). Hasil praktek menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan nelayan pemilik usaha purse seine adalah tingkat sekolah menengah atas (SMA) dan Sarjana (S1) (Tabel 6).
             


              Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan Responden
Jumlah Responden
(orang)
Persentase
(%)
SMA/sederajat
3
75
Sarjana(S1)
1
25
jumlah
4
100
Sumber : Data primer Diolah, 2011

Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase pendidikan terbesar adalah tingkat sekolah menengah atas (SMA) yaitu 75 % sebanyak 3 orang dan tingkat pendidikan terendah adalah sarjana (S1) yaitu  25 % sebanyak 1 orang.

5.1.3        Pengalaman Usaha
Pengalaman usaha menentukan keberhasilan suatu usaha. Hal ini dikerenakan dari berbagai masalah yang telah dilalui seseorang pengusaha dalam menekuni suatu usaha, yang membuatnya mampu secara sikap dan mental dalam mengantisipasi dan memecahkan berbagai persoalan ataupun permasalahan yang dihadapi. Klasifikasi pengalaman usaha responden dapat dilihat pada Tabel 7.
              Tabel 7. Pengalaman Usaha Responden
Pengalaman Usaha
(tahun)
Jumlah Responden
(orang)
Persentase
( % )
0 – 3
1
25
3 – 6
2
50
Ø  6
1
25
              Jumlah                    
4
100

Tidak ada komentar:

Posting Komentar